Timbulnya asimilasi tidak terlepas dari adanya proses globalisasi. Penulis pernah mendefiniskan globalisasi pada artikel bertema “Sistem Ekonomi Pancasila” sebagai berikut. Globalisasi atau universalisasi (versi penulis) mempunyai arti menyatunya dunia ke dalam suatu wadah yang tidak memiliki kejelasan batas-batasnya. Sekat-sekatnya disamarkan oleh derasnya kemajuan ilmu pengetahuan terutama kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi, sehingga menyebabkan seluruh bangsa di dunia seakan terikat satu sama lainnya demi mewujudkan tatanan dunia yang baru.
Latar Belakang Asimilasi
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa asimilasi itu timbul karena adanya proses globalisasi. Dengan adanya globalisasi, proses sosial dan interaksi sosial yang dilakukan oleh manusia dalam lingkungan sosial menjadi lebih luas. Interaksi sosial tidak hanya berlangsung dua arah seperti komunikasi langsung, tetapi juga tidak langsung seperti melalui berbagai media elektronik seperti televisi dan internet.
Masyarakat tidak lagi malu untuk menirudan mengikuti berbagai kebudayan yang sedang “naik daun”. Bahkan, sebagian dari masyarakat kita ada yang menganggap kuno serta ketinggalan zaman apabila tidak segera mengikuti kebudayaan baru, sehingga interaksi sosial memberi pengaruh terhadap meresapnya berbagai kebudayaan yang masing-masing saling mempengaruhi.
Untuk lebih jelasnya, simak beberapa contoh berikut ini.
Contoh 1: Gangnam Style
Gangnam Style merupakan sebuah tarian yag identik dengan gerakan-gerakan seekor kuda binal. Tarian Gangnam Style dipopulerkan oleh Psy a.k.a Park Jae Sung, penyanyi asal Korea Selatan. Tarian yang unik dan energik tersebut sebenarnya merupakan gambaran dari perilaku anak-anak muda di daerah Gangnam, sebuah kawasan di Seoul, Korea Selatan, yang suka pamer dan berpesta. Namun, dengan kejeniusannya, Psy berhasil mengemasnya menjadi sebuah lagu dan tarian sangat unik sekaligus menghibur.
Hanya membutuhkan waktu satu minggu bagi Psy untuk membuat lagu dan tarian tersebut menjadi milik dunia. Tarian Gangnam Style menjadi salah satu tarian yang paling banyak dicontoh oleh masyarakat dunia. Bahkan, selebriti sekaliber Madonna dan Lady Gaga pun tidak malu untuk melakukan gerakan Gangnam Sytle.
Masyarakat Indonesia pun tidak mau ketinggalan. Anak-anak muda bahkan anak-anak kecil pun mampu menirukan tarian tersebut dengan energik dan sempurna. Iramanya yang riang bahkan cocok digunakan untuk mengiringi senam aerobik sehingga senam menjadi lebih bersemangat dan ceria. Apakah menguasai tarian Gangnam Sytle menjadi hal yang tabu? Ternyata tidak. Masyarakat Indonesia yang sangat selektif dalam menerima berbagai arus budaya ternyata dapat menerimanya dengan baik.
Masyarakat Indonesia pun tidak mau ketinggalan. Anak-anak muda bahkan anak-anak kecil pun mampu menirukan tarian tersebut dengan energik dan sempurna. Iramanya yang riang bahkan cocok digunakan untuk mengiringi senam aerobik sehingga senam menjadi lebih bersemangat dan ceria. Apakah menguasai tarian Gangnam Sytle menjadi hal yang tabu? Ternyata tidak. Masyarakat Indonesia yang sangat selektif dalam menerima berbagai arus budaya ternyata dapat menerimanya dengan baik.
Contoh 2: Harlem Shake
Satu lagi tarian yang menghebohkan dunia, tetapi keberadaannya disambut hangat oleh masyarakat dunia, termasuk masyarakat Indonesia. Padahal, dilihat dari sejarahnya, Harlem Shake merupakan tarian yang biasa dilakukan oleh seorang pemabuk bernama Al B atau “albee”. Ia akan melakukan tarian apabila ada permintaan. Harlem Shake sendiri merupakan salah satu kawasan di Kota New York.
Berbeda dengan Gangnam Style, Harlem Shake justru berupa gerakan-gerakan kaku, tetapi orang boleh dengan bebas melakukan gerakan sesuai dengan seleranya. Kekakuan gerakan tersebut hanya merupakan salah satu ciri khasnya, dikarenakan pada awalnya sang pencipta tarian, yaitu “albee”, menciptakan tarian tersebut karena terinspirasi oleh mumi yang berbalut kain menyerupai perban sehingga sangat sulit untuk melakukan gerakan. Meskipun berasal dari seorang pemabuk, ternyata tarian Harlem Shake dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dunia.
Contoh 3: Tato
Tato merupakan salah satu seni dengan cara merajah tubuh atau menghiasi tubuh. Berbeda dengan Gangnam Style maupun Harlem Shake yang tidak mendapat penentangan dari masyarakat Indonesia, seni rajah tubuh atau tato justru mendapat penentangan dari sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama oleh masyarakat yang berpegang teguh pada ajaran agama Islam. Bagi umat Islam, menato tubuh merupakan sebuah perbuatan yang sangat dilarang oleh agamanya dan dapat mencelakakan kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Meskipun demikian, banyak bangsa Indonesia yang mentato tubuhnya hanya dengan alasan seni dan modernisasi.
Contoh 4: Harajuku
Harajuku merupakan gaya berpakaian, tata rias wajah, dan rambut yang dilakukan oleh anak-anak muda di Jepang. Namun, sekarang, harajuku telah menjadi gaya yang biasa ditiru dan dilakukan oleh sebagian anak muda Indonesia. Mereka merasa bangga dan lebih percaya diri dengan menggunakan gaya harajuku. Beberapa kelompok musik Indonesia pun banyak yang meniru gaya harajuku.
Pengertian Asimilasi
Pada artikel Pengertian Asosiatif, penulis mendefinisikan asimilasi sebagai proses sosial yang terjadi dikarenakan adanya kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kebudayaan berbeda. Mereka saling memengaruhi secara interaktif dalam jangka waktu relatif lama, sehingga menciptakan kebudayaan baru yang merupakan perpaduan dari berbagai kebudayaan lama dengan tidak membeda-bedakan lagi unsur budaya lama dengan unsur budaya baru.
Sebelum adanya globalisasi, masyarakat Sunda identik dengan pakaian kebaya dan baju pangsi. Namun sekarang, pakaian kebaya hanya dipakai pada acara-acara tertentu seperti upacara adat dan pernikahan. Lalu, pakaian seperti apa yang dikenakan dalam kehidupan sehari-hari? Celana panjang, rok, kaus, kemeja, dan celana jeans, jas, dan lain-lain adalah busana sehari-hari yang lazim kita temui. Artinya, masyarakat Sunda sudah tidak tabu lagi menggunakan pakaian-pakaian modern seperti itu.
Begitu pula dalam berbicara, orang Sunda sudah terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut tidak hanya terjadi di perkotaan, tetapi di pelosok pun sudah banyak orang Sunda berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, meskipun kadang-kadang bersifat Sundareh (sunda sawareh atau sunda sebagian).
Contoh berpakaian dan berkomunikasi tersebut di atas tidak hanya terjadi pada suku Sunda, tetapi juga suku-suku bangsa lain yang ada di Indonesia. Selain itu, asimilasi tidak hanya terjadi pada cara berpakaian dan bahasa, tetapi hampir mencakup seluruh aspek kehidupan. Maraknya mall, departemen store, dan restoran tidak terlepas dari adanya proses asimilasi yang berjalan dengan baik di Indonesia.
Syarat Terjadinya Asimilasi
Asimilasi tidak dapat terjadi begitu saja, melainkan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar proses asimilasi berjalan dengan baik. Beberapa syarat asimilasi di antaranya adalah sebagai berikut.
- Adanya perbedaan kebudayaan antara kelompok yang satu dan kelompok lain. Contohnya adalah Gangnam Style semula tidak dikenal di Indonesia, tetapi kemudian banyak masyarakat Indonesia yang terampil menarikannya. Begitu juga dengan gaya berbusana. Dulu, masyarakat Indonesia tidak mengenal rok, kemeja, atau jas, tetapi sekarang kedua jenis pakaian tersebut sudah menjadi pakaian sehari-hari masyarakat Indonesia.
- Adanya interaksi sosial antara masing-masing anggota kelompok. Interaksi tersebut bisa bersifat langsung maupun tidak langsung dan berlangsung dalam waktu relatif lama. Contohnya, sebagian masyarakat Betawi begitu mahir menyayikan irama keroncong karena mereka terbiasa bergaul dengan bangsa Portugis pada zaman penjajahan dahulu kala, sehingga melahirkan kebudayaan baru dan bersifat turun-temurun.
- Adanya kesadaran dari masing-masing pihak untuk saling menyesuaikan diri dengan kebudayaan mereka masing-masing. Idealnya, bangsa Indonesia harus menjadi bangsa yang selektif terhadap penerimaan kebudayaan asing, sehingga mereka hanya menerima kebudayaan yang sesuai dengan jati diri bangsa. Ada sebuah pertanyaan, mengapa budaya pergaulan bebas, tato, minum-minuman keras, bahkan seks bebas juga banyak terjadi di Indonesia? Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang komunikasi, menjadi indikasi penyebab utama mengapa budaya-budaya buruk merebak di Indonesia.
Faktor Terjadinya Asimilasi
Beberapa faktor yang dapat mempermudah terjadinya asimilasi di antaranya adalah sebagai berikut.
- Adanya sikap tenggang rasa dari berbagai kelompok sosial masyarakat.
- Adanya sikap saling menghargai antara kelompok pribumi dengan para pendatang.
- Adanya kesempatan di bidang ekonomi yang seimbang antara kelompok pribumi dan kelompok pendatang, sehingga tidak menimbulkan kesenjangan di antara kedua kelompok.
- Adanya keterbukaan sikap dari golongan penguasa terhadap golongan minoritas. Kemajuan suatu bangsa tidak terlepas dari adanya kebijakan pintu terbuka yang dilakukan pemerintah terhadap para pendatang, dalam hal ini adalah bangsa asing, sehingga kebudayaan baru mudah masuk dan berbaur dengan kebudayaan pribumi. Hal ini tentunya sangat berbeda jika pemerintah melakukan politik pintu tertutup seperti yang pernah diterapkan oleh pemerintah Jepang sebelum restorasi meiji. Saat itu, kebudayaan asing sangat sulit untuk masuk ke Jepang.
- Adanya kesamaan dalam berbagai unsur kebudayaan. Adanya kesamaan dalam unsur kebudayaan menyebabkan suatu kebudayaan mudah diterima oleh kelompok pribumi. Contohnya adalah ajaran agama Islam ketika pertama kali masuk ke Indonesia. Pada masa itu, penduduk pribumi sebagian besar menganut agama Hindu dan Budha. Namun, karena agama Islam begitu toleran seperti halnya ajaran Hindu dan Budha, maka agama Islam dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
- Adanya perkawinan campuran. Perkawinan campuran merupakan salah satu unsur yang mempermudah terjadinya asimilasi, karena di dalam perkawinan akan tercipta suasana saling menghormati dan tenggang rasa. Perkawinan antara orang Indonesia dan orang asing dapat mempermudah terjadinya asimilasi dua kebudayaan berbeda di dalam keluarga mereka yang selanjutnya dapat diterima juga oleh masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka.
Faktor Penghambat Asimilasi
Selain adanya faktor-faktor yang memp
Tidak ada komentar:
Posting Komentar