BUDAYA-BUDAYA PALEOLITIKUM DAN
MESOLITIKUM
BAB 1
A.
Paleolitikum atau Zaman Batu
Tua adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga
100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM -
10.000 SM.
Pada zaman ini, manusia Peking
dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal
telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia
Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa.
Beberapa perkembangan kebudayaan
ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
Pada zaman ini, manusia hidup
secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan
kecil untuk mencari makanan. Mereka memburu binatang, menangkap ikan dan
mengambil hasil hutan sebagai makanan. Mereka tidak bercocok tanam. Mereka
menggunakan batu kayu dan tulang binatang
untuk membuat peralatan memburu. Alat-alat ini juga digunakan untuk
mempertahankan diri daripada musuh. Mereka membuat pakaian dari kulit binatang.
Selain itu, mereka juga pandai menggunakan api untuk memasak, memanaskan badan
dan menakutkan binatang.
Peninggalan yang ditemukan antara
lain berupa peralatan batu seperti flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya
untuk mengupas, menguliti), chopper (kapak genggam/alat penetak), selain
itu terdapat pula peralatan dari tulang.
Kapak genggam banyak ditemukan di
daerah Pacitan, biasa disebut Chopper (alat penetak/pemotong). Dinamakan kapak
genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak, tetapi tidak bertangkai dan
cara menggunakannya dengan cara menggenggam. Pembuatannya dengan cara memangkas
salah satu sisi batu sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanya
sebagai tempat menggenggam.
Spesies manusia purba yang telah
ada: 1. Meganthropus Paleojavanicus 2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus
Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus) 3. Homo Sapiens (Homo Soloensis, Homo
Wajakensis)
Proses pembuatan kapak batu: 1.
Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk 2. Batu tersebut dipukulkan dengan
menggunakan batu yang lebih keras 3. Pembentukan dengan cara dihaluskan
menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
B.Mesolitikum atau Zaman Batu
Madya dalam perkembangan teknologi manusia, antara Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Istilah ini
diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah"
(bahasa Inggris: Pre-historic
Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu
sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).
Pada zaman
mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun
manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan
bercocok tanam secara sederhana. Tempat
tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger)
dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi
tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
Paleolitik atau Zaman
Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah sampah
dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera.] Hal
ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitian
yang dilakukannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil
menangkap siput dan kerang karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan
ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama,
yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Di antara tumpukan sampah
tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta
landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah Cat
tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda kebudayaan
seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak
genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya.
Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih
kasar. Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache
courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah
lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran
pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger,
diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa
Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid)
Abris Sous Roche
Salah satu peninggalan zaman mesolitik berupa Abris sous
roche.
Abris sous roche adalah goa menyerupai
ceruk batu
karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian
mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture. Di
daerah Besuki (Jawa
Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga
ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukanflakes
culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan
peninggalan bangsa Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous rochejuga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala
ditemukan pada suatu goa yang disebutGoa Leang Pattae dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble.
Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh danBandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan
merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble (alat-alat tulang
yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian
kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang
disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu
BAB 2
A.Budaya Paleolitikum
(Kebudayaan Batu Tua)
Disebut kebudayaan Batu Tua sebab alat peninggalannya dari batu
yang masih kasar atau belum dihaluskan. Pendukung kebudayaan ini adalah manusia
purba. Berdasarkan daerah penemuannya, kebudayaan Batu Tua dibedakan menjadi
kebudayaan Pacitan dan kebudayaan Ngandong.
1) Kebudayaan Pacitan
Disebut kebudayaan Pacitan sebab hasil budayanya terdapat di
daerah Pacitan (Pegunungan Sewu, Pantai Selatan Jawa). Alat yang ditemukan
berupa chopper (kapak penetak) atau disebut kapak genggam. Pendukung
kebudayaannya adalah Pithecanthropus erectus dan budaya batu ini disebut stone
culture. Selain tempat di atas, alat Paleolitikum ini juga ditemukan di Parigi
(Sulawesi), Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatra
Selatan).
2) Kebudayaan Ngandong
Disebut kebudayaan Ngandong sebab hasil kebudayaannya ditemukan
di Ngandong, Ngawi Jawa Timur. Di sini juga ditemukan kapak seperti di Pacitan
dan juga kapak genggam, sedangkan di Sangiran ditemukan batu flakes dan batu
chalcedon yang indah. Di Ngandong ditemukan juga alat dari tulang maka disebut
bone culture. Pendukung kebudayaan Ngandong adalah Homo soloensis dan Homo
wajakensis. Penghidupan mereka masih mengumpulkan makanan (food gathering).
Mereka mencari makanan dari jenis ubi-ubian dan berburu binatang.
B.Budaya Mesolitikum(Zaman
Batu Madya)
Zaman Mesolitikum terjadi pada masa Holosen setelah zaman es
berakhir. Pendukung kebudayaannya adalah Homo sapiens yang merupakan manusia
cerdas. Penemuannya berupa fosil manusia purba, banyak ditemukan di Sumatra,
Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Flores.
Manusia zaman Mesolitikum hidup di gua-gua, tepi pantai, atau
sungai, disebut dalam bahasa Denmark, kjokkenmoddinger (bukit sampah = bukit
kerang), yang banyak ditemukan di pantai timur Sumatra. Penemuan alatnya adalah
pebble disebut juga kapak Sumatra), kapak pendek (hache courte), dan pipisan
(batu penggiling). Selain tempat-tempat di atas, juga terdapat abris sous roche
(gua sampah) di Gua Sampung, (Ponorogo, Jawa Timur), Pulau Timor, Pulau Roti,
dan Bojonegoro (tempat ditemukannya alat dari tulang).
BAB 3
Kesimpulan:
Paleolitikum
Jadi Alat bantu
manusia masih dikerjakan dengan cara kasar dan tidak diasah. Masih berburu dan
mengumpulkan makanan dengan cara yang sederhana. Pendukung kebudayaan ini
adalah Homo Erectus. Dalam masa ini manusia masih berpindah-pindah dan belum
menetap. Peninggalan di zaman ini ialah kapak perimbas, monofacial,alat-alat
serpih, dan chopper. Hasil kebudayaan ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia
terutama di Sangiran jawa tengah, dan cebbenge daerah sulawesi selatan.
Mesozoikum berlangsung kurang lebih selama 180
juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Era ini dibagi menjadi
tiga periode: Trias, Jura, dan Kapur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar