Malamnya saat di kamar Willa. Dia duduk di atas ranjang sambil mendengar headphonenya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi mengisyaratkan bahwa ada pesan masuk, dia meraih dan melihatnya dari Melfa. Melfa mengirimin dia sebuah video. Dia lalu melepaskan headsetnya dan kemudian dibuka video itu alhasil reaksinya, terkejut. Video tentang duet bersamanya dengan Vidi.
“Tak nyangka ternyata mereka ada merekamnya,” gumamnya.
Dia menonton berulang-ulang sampai habis, di sana dapat terlihat punggungnya dengan jelas kalau dia terlihat sangat gemetaran. Tangan kanannya memegang mic dan tangan kirinya terkepal menahan keringat. Sekali lagi ponselnya berbunyi, pesan dari Melfa.
“Jangan dinonton terus”
Willa mulai mengetik balasannya untuk Melfa.
“Bagaimana kau bisa kepikiran untuk merekamnya?” dia menekan tombol kirim.
Beberapa detik, “Aku dan Martin sudah bersekongkol untuk menyuruh Vidi nyanyi waktu itu lalu memaksamu. Kau senang?”
“Aku tak habis pikir bagaimana bisa dia mau duet bersamaku waktu itu?”
“Entah lah, aku dan semuanya juga terkejut saat itu. Ehmm mungkin dia mabuk waktu itu, haha”
“Ada benarnya juga kata katamu, mungkin dia mabuk”
“Jadi kau akan mencarinya lagi?”
“Tidak, dia sendiri sudah menyuruhku untuk tidak muncul lagi di hadapannya. Jadi aku akan menurutinya”
“Kau gila.. Bagaimana kau bisa menyetujuinya begitu saja. Huh cowok itu sangat egois!”
“Tidak apa apa. Aku sudah melupakannya jadi tidak masalah kalau tidak bertemu dengannya”
“Benar juga, kau pasti tidak akan merindukan dia. Benar bukan?”
Balasan terakhir Melfa membuat Willa berpikir bentar, benarkah dia tidak akan merindukan sosok cowok yang cuek dan egois itu? Tapi kenapa ada rasa gelisah yang menghantuinya?, entahlah dia sendiri masih bingung.
“Hei!! Aku dicuekin!” pesan Melfa membuat Willa terbangun dari lamunannya.
“Aku ketiduran Mel, kalau begitu aku akan lanjut tidur duluan yah. Besok harus cepat cepat bangun”
“Ok, selamat malam yuhuu.”
Willa tidak membalas pesannya lagi. Dia meletakkan hpnya kembali ke ranjangnya. Lalu merebahkan tubuhnya di ranjang menatap langit langit kamarnya.
“Kenapa kau muncul lagi Vid?” gumamnya, itu pertanyaan yang ingin di tanyanya ketika bertemu kembali dengan cowok dingin itu. Tapi aneh kenapa jika bertemu dengan cowok itu, mulutnya enggan untuk berbicara, tapi terkunci berat.
☯ ☯ ☯
Keesokannya dia berangkat kerja dengan perut kosong. Semua keluarganya bangun kesiangan sehingga tidak sempat mempersiapkan sarapan.
“Baik aku akan berhenti di sana lalu sarapan sebelum masuk kerja,” katanya kepada pajangan boneka hello kitty-nya yang terpajang di atas radio mobilnya.
Pajangan itu hanya terdiam tanpa menjawabnya, tapi tidak masalah bagi gadis itu, sebab dia sudah terbiasa berbicara dengan benda mati itu.
Mobilnya berhenti tepat di depan sebuah cafe langganannya. Cafe itu tidak terlalu jauh dari kantornya, dia dan Sherica sering makan siang di sini. Bahkan pelayannya sudah menghapal apa yang mau di pesannya.
Dia mendorong pintu cafe itu dan melangkah masuk. Langkahnya berhenti ketika matanya menangkap Vidison yang sedang menikmati kopinya. Vidi mendongak dan mendapati Willa sedang menatapnya. Mata mereka kemudian bertemu, detik berikutnya Willa di landa kegugupan. Dia lalu mengalihkan pandangannya dan melanjuti langkahnya.
“Seperti biasa yah,” katanya pada pelayan di sana.
“Baik non.”
Willa lalu mencari bangku dan meja kosong untuk di tempati. Tempat duduknya agak jauh dengan tempat duduknya Vidi. Dia ingat waktu itu mereka bertemu di sini dan tiba tiba dia datang lalu menariknya keluar membuat berpuluh puluh mata melihatnya. Sungguh sekarang dia baru merasakan betapa malunya saat itu. Beberapa menit, pesanannya datang. Dia buru buru menyantapnya.
10 menit kemudian Willa sudah keluar dari cafe itu. Vidi sudah tidak kelihatan sama sekali di sana, mungkin dia sudah pergi sejak Willa makan tadi.
☯ ☯ ☯
“Dia sombong banget, dia kira dia paling ganteng di dunia ini,” katanya kepada hello kitty-nya lagi sewaktu duduk di dalam mobil. “Aku pun tak mau ketemu dia kalau bukan kebetulan tadi. Aaahhh hari ini sial banget, ketemu cowok egois itu.”
Handphonenya Willa berdering, segera di raihnya. Ternyata Nikita menelponnya. Dia memasukkan headset ke telinganya lalu menekan tombol jawab pada handphone layar sentuhnya.
“Ada apa ni?” tanyanya sambil menyetir, “Nanti malam kemana?”
“Ada sesuatu yang mau aku omomgin ke kalian” suara Nikita terdengar begitu jelas seakan dia sedang duduk di samping Willa.
“Oh yah? Apa itu? Sepertinya serius banget”
“Makanya kamu harus datang malam ini. Aku tunggu seperti biasa yah di pub pada jam biasa juga,” katanya riang. “Oh yah, jangan lupa dandan yang cantik.”
“Eh kenapa aku harus dan…”
Suara tut..tut..tut.. terdengar, Nikita memang nyeselin banget. Orang belum selesai bicara tapi sudah di tutupnya duluan. Mungkin dia menyuruh mereka sengaja berdandan supaya terlihat kompak dan serasi. Baiklah dia akan menurutinya.
☯ ☯ ☯
Willa terlambat 5 menit sampai di kantor, karna macet yang menimpanya tadi. Dia berjalan ke ruangannya namun tak sengaja berpapasan dengan Sherica yang ternyata saat itu juga sedang mencarinya.
“Bos mencarimu!” katanya dengan wajah juteknya yang tidak biasa.
“Kamu kenapa? Sepertinya moodmu sedang tidak bagus hari ini,” Willa agak mendekat untuk menatap matanya Sherica. Sungguh aneh dengannya, tidak biasanya dia terlihat jutek seperti hari ini. Aneh aja sosok Sherica yang biasa sangat cerewet bisa jadi diam dan jutek seperti ini.
“Tidak, aku tidak apa apa. Boss mencarimu, pergilah”!
“Kenapa dia mencariku lagi? Aduu aku males banget menemuinya.”
“Eh,, seharusnya kau bangga punya boss yang seperti dia. Dia sangat menyayangimu”
“Jadiiii.. ini alasanmu kenapa moodmu tidak bagus hari ini”
“Bukan.. Tentu saja bukan”
Willa semakin mendekat, dia melihat sorot kebohongan di mata Sherica yang sudah berusaha di tutupinya sejak tadi.
“Baiklah aku ngaku, aku memang cemburu denganmu. Cemburu karna aku yang lebih duluan kerja di sini darimu tapi malah boss lebih mempercayaimu. Ini gak adil Wil. Aku benci kamu…” ucapnya sambil menahan tangis lalu berlalu dari hadapannya.
Willa ingin mengejar untuk menjelaskannya tapi tidak mungkin boss sedang mencarinya sekarang. Dia akan dalam masalah besar kalau di panggil tapi tak datang. Akhirnya Willa pun memutuskan untuk mencari bossnya lebih dulu baru menemukan Sherica, lagian mungkin Sherica sekarang sedang ingin menenangkan dirinya sendiri.
☯ ☯ ☯
Pria buncit itu sedang duduk di kursi berodanya sambil melototin Willa. Willa makin bingung sekaligus mengernyitkan dahi, apa salahnya sehingga bos melototin dia penuh dengan amarah. Apakah dia melakukan sesuatu yang salah?
“Bos memanggilku?” tanyanya dengan suara gemetar.
“Kau…” katanya terputus, membuat Willa menatapnya dengan serius dan kelihatan sekali dari raut wajahnya kalau dia menunggu kalimat kelanjutan bossnya itu. “Kau berhasil mempromosikan tas hermes yang sedang trend itu. Sekarang perusahan tas hermes itu sedang laris. Tas tas bermerek itu sudah di borong habis. Kau hebat Wil. Aku bangga mempunyai karyawan sepertimu,” lanjutnya dengan senyum lebarnya yang terlihat sangat beribawa itu. Dia berdiri dari bangkunya dan menuju ke tempat Willa berdiri, memeluknya sebentar dan kembali melanjutkan kata katanya.
“Ku harap dua minggu ke depan kau akan melakukannya seperti ini lagi. Semoga promosi iklan perusahan kita yang akan menang.”
“Boss serius boss? Maksud boss, drama iklan singkat yang waktu itu ku susun berhasil membuahkan banyak pelanggan?. Wahh ini saatnya aku bilang daebak.”
“Kau hebat nak..” katanya bangga sambil menepuk bahu Willa. Willa hanya tersenyum puas dan bahagia.
Willa keluar dari ruangan bossnya dan melangkah untuk mencari Sherica. Dimana sekarang keberadaan gadis itu? Gadis itu memang berhak marah padanya. Sebab dulu sebelum ada Willa yang bekerja di sini, Sherica menjadi karyawan kesayangan boss. Apa pun, dimana pun, kapan pun, Sherica selalu di panggil dan di beri kepercayaan seperti yang di alami Willa sekarang. Bisa di bilang semenjak adanya Willa memberikan nasib buruk pada Sherica, bisa di ibaratkan kalau Willa mencuri miliknya Sherica.
“Akhirnya aku berhasil menemukan teman unikku ini” hiburnya, setelah menemukan Sherica yang sedang berdiri di loteng perusahaan, dia sedang memandang ke bawah jalan. Mungkin dengan melihat pemandangan itu bisa membuat hatinya lega kembali.
“Untuk apa kau mencariku? Boss yang memerlukanmu bukan aku.”
“Aku sudah menemuinya, kenapa denganmu Sher? Kau bicara apa dengannya?”
“Tidak, tenang aja.” Jawabnya cuek. “Aku tidak membicarakanmu yang buruk padanya.”
“Maksudmu?”
“Lupakan, aku sedang males untuk berbicara,” katanya sambil balik dan melangkah keluar dari sana, mungkin suasana moodnya sedang tidak seceria semalam. Kalau moodnya tidak bagus dia memang tidak bisa di ganggu.
“Oh iya,, aku harus bersiap siap pulang, ada janji jam 8 dengan Nikita nanti malam,” Ucapnya pada diri sendiri sambil melihat arloji mungilnya.
☯ ☯ ☯
Willa sampai di tempat yang di janjikan di pub biasa, tapi dia tidak melihat Nikita atau siapa pun di sana. Mungkin mereka belum sampai dan ketimpa macet di jalan, bisiknya dalam hati. Ia pun duduk di depan bar, dia baru akan menelpon temannya ketika seorang pelayan lelaki datang dan berdiri di sampingnya.
“Maaf menganggu mbak..” ujarnya ramah. “Apa anda mbak Willachell?” tanya pelayan itu dengan senyum ramahnya sekaligus.
Willa mengangguk ringan, “Ada apa yah?”
“Begini mbak, anda sudah di tunggu seseorang di dalam ruangan!” pelayan itu menunjuk ke sebuah lorong. Lorong itu adalah tempat masuknya dari bar menuju ke sebuah ruangan V.I.P. Kebanyakan orang memakainya untuk berkencan, makan malam, rapat perusahaan, dan acara acara perayaan lainnya.
“Oh yah? Siapa?”
“Maaf mbak, mereka menyuruhku untuk tidak memberitahukan kepada mbak!”
Willa mengerutkan dahi dan mencoba menebak siapa seseorang yang telah menunggunya. Apakah mereka adalah temannya. Apakah temannya mau memberikan suprise untuknya?. Tapi hari apa ini? Ulang tahunnya masih lama, bulan April. Sedangkan ini baru akhir bulan Januari. Jadi tidak mungkin itu temannya atau apakah pelayan ini salah orang?
“Maaf mas, mungkin anda salah orang.”
“Ya?” katanya dengan alis terangkat sungguh ekspresi yang lucu “Ti.. Tidak mungkin mbak, anda di sini karna janjian dengan seseorang yang bernama Nikita bukan?”
Sekali lagi Willaa mengangguk.
“Memang benar saya sedang menunggunya tapi mereka belum datang!”
“Mereka sudah sampai di dalam ruangan itu dan menunggu kehadiran mbak Willa. Kalau mbak tidak percaya, coba mbak nelpon mereka terlebih dahulu untuk memastikan.”
Willa pun menyetujui saran pelayan lelaki itu, dia mencari nomor telepon Nikita di handphonenya dan menekan tombol warna hijau lalu menempelkannya di telinga.
“Haloo??” jawab seseorang dengan suara cerianya di seberang sana.
“Ni.. Kau dimana? Aku sudah sampai.”
“Kau sudah sampai? Kami sedang menunggumu di ruangan V.I.P. Aahh pasti pelayan sialan itu tidak memberitahumu yah?”
“Kau di ruangan itu?”
“Iya, kami sudah sampai di sini semua. Ayo,, Cepat kesini, semua sudah menantimu”
“Baiklah.” Willa pun menutup telponnya.
Dia mengehela napas panjang dan tersenyum malu kepada pelayan lelaki itu.
“Anda benar mass! Maaf tidak mempercayaimu tadi.”
“Tidak apa apa, kalau begitu, mari saya antar!”
“Maaf merepotkan.”
Pelayan lelaki itu berjalan duluan sedangkan Willa mengikutinya dari belakang. Ntah kenapa tiba tiba dia merasa gugup.
☯ ☯ ☯
“Kita berhasil!!!” teriak Nikita sambil mengtos telapak tangan pria dihadapannya. Lelaki itu tersenyum lebar dan merasa sangat bahagia ketika melihat senyuman Nikita.
“Ada apa?” tanya Nikita ketika dilihatnya shendy hanya menatapinya tetapi tidak memberikan komentar apapun selain senyumnya.
“Kau hebat,” pujinya.
“Jangan berkata begitu. Ini tidak akan berhasil tanpa bantuanmu juga Shen!”
Saat ini mereka sedang duduk di taman yang hanya berjarak sekitar 100 meter dengan pub itu dan menikmati pemandangan pada malam hari. Tadi sepulang dari kantor, Nikita sudah ditunggu oleh Shendy di mobilnya dalam beberapa detik mobil Shendy langsung melaju ke tempat pub, memesan ruangan khusus untuk Vidi dan Willa. Mereka berdua ingin mencomblangkan Vidi dan Willa menjadi pasangan.
“Bantuanku tidak seberapa dengan bantuanmu ni. Aku hanya menelpon Vidi dan membohonginya, sedangkan kamu, kamu yang merencakan ide ini semua, menelpon Willa, memesan ruangan V.I.P, menyewa pela…”
Kata kata Shendy tidak terucap semua karna Nikita sudah duluan menutup mulut Shendy dengan jarinya terlebih dahulu.
“Jangan membahas itu lagi, lebih adilnya kita berdua sama sama telah berusaha. Semoga mereka berdua ngomong banyak hari ini, kalau tidak akan sia sia saja semuanya.”
“Aku takut Vidi akan keluar begitu melihat Willa masuk.”
“Tenang! Aku lupa memberitahumu, tadi sewaktu aku menyewa pelayan itu aku menyuruhnya untuk mengunci pintu mereka. Karna aku tau kalau Vidi pasti akan keluar.”
“Wahh.. Kau lebih hebat dari yang ku perkirakan.”
“Kau baru tau?”
“Jadi mereka akan nginap di sana donk?”
“Tidak mungkin donk Shen, Willa bisa di bunuh oleh abangnya kalau itu sampai terjadi. Aku memberi mereka waktu, jadi batas waktunya sampai jam..” Nikita melihat arlojinya “…11 malam, baru pelayan itu akan membukanya.”
“Ohh, bagus lah. Bagaimana bisa kamu berpikir ampe sana?”
“Ntah lah. Aku sendiri pun tidak tau. Kira kira mereka bakalan melakukan hal sejauh gak yah?”
“Aku tidak yakin. Tapi bisa saja kalau mereka sama sama terpengaruh oleh minuman keras.”
“Semoga itu terjadi!”
Nikita menengadahkan kedua tangannya sambil menatap langit yang dipenuhi bintang itu. Sedangkan Shendy, dia memperdekat duduknya dengan Nikita, lalu memegang kepala gadisnya dan perlahan lahan merebahkan kepalanya dibahunya sendiri, Nikita diam diam tersenyum.
☯ ☯ ☯
Pelayan lelaki itu membuka pintu ruangan dan mempersihkan Willa masuk. Setelah Willa melangkah masuk, tiba tiba pintu tertutup dengan cepat. Willa melihat seseorang duduk di kursi yang membelakanginya.
“Kau lama sekali Shen!!” dia berdiri dari kursinya dan bersiap siap untuk berbalik. “Aku sudah menunggumu hampir 20 me…”
Vidi tidak berhasil menyelesaikan kata katanya, karna terkejut begitu melihat orang di depannya, dia berdiri terpaku. Bagaimana bisa cewek yang tidak di harapkannya ini berdiri di hadapannya. Bukankah dia sedang janjian dengan Shendy, kenapa malah cewek ini yang datang.
To be continue...
Love me season 3 part 4