Pagi itu Willa terbangun karna terganggu oleh rasa sakit kepala yang luar biasa, Willa beringsut dari ranjang dan mengambil handuk lalu menuju ke kamar mandi. Apa pun yang terjadi dia harus semangat untuk kembali bekerja. Dia butuh air dingin yang memuncrat keluar dari shower untuk membuatnya berpikir jernih, apakah semalam memang mimpi atau benar-benar terjadi. Sampai sekarang dia masih tidak bisa memastikan apa yang terjadi semalam adalah kenyataan. Berduet dengan seseorang yang telah kau lupakan selama 6 tahun. Berduet dengan seseorang yang sangat kau harapkan dari dulu tapi sekarang baru terwujud. Sungguh Willa tak bisa mempercayainya.
Seperti pagi-pagi sebelumnya dia melakukan aktivitasnya seperti biasa. Dan sekarang dia sudah sampai di kantor.
“Wil..” panggil Justin sambil berjalan ke ruangannya.
“Ada apa?” tanya Willa sambil membereskan mejanya yang di penuhi oleh laporan file. Dia mendongak dan melihatin Justin sebentar.
“Kau di panggil boss untuk menghadapnya,” katanya serius.
“Apa? Aku buat salah? Kenapa dia memanggilku?”
“Aku tidak tau. Pergilah dia sudah menunggumu.”
“Baiklah, terima kasih banyak,” katanya sambil melangkah keluar dari ruangannya.
❁ ❁ ❁
Willa mengetuk pintu ruangan bossnya sebanyak 3 kali. Setelah mendapat izin untuk masuk, barulah dia membuka pintunya. Di depannya, bersandar santai di meja lebar. Seseorang lelaki separobaya dengan perut buncit menggantung di atas celana hitam sedang membaca sebuah laporan di mejanya. Kepalanya menunduk, dengan pen yang di pegangnya, bersiap-siap untuk menanda tangani sesuatu.
“Morning bos” sapanya sopan.
Lelaki buncit itu hanya berdeham.
“Bos memanggilku? Ada apa?”
Pria buncit itu lalu memandangi Willa, “Silahkan duduk.”
Willa menurut untuk duduk.
“Kita ada rapat untuk dua minggu ke depan di Bali. Jadi siapkan dirimu untuk itu.”
“Bali?? Aku tidak salah denger bos,” katanya terlonjak.
“Iya, Bali Denpasar. Ada apa?”
“Tidak bos, siapa saja yang pergi? Kalau boleh saya tau boss.”
“Saya, kamu, dan Justin.”
“Baiklah. Saya akan mempersiapkan diriku untuk itu.”
“Bagus itu yang saya harapkan darimu.”
“Kalau gitu saya permisi dulu bos. Makasih banyak bos…”
Bos itu hanya mengangguk ringan. Willa memang tidak bisa banyak ngomong dengan bossnya itu. Karna sosok bosnya itu pendiam dan tidak suka banyak bicara. Bahkan ketika rapat di adakan, pria itu kebanyakan diam. Dia membiarkan seketarisnya yang memimpin atau kadang membiarkan karyawan lainnya untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
❁ ❁ ❁
Willa keluar dari ruangan bosnya sambil melompat kecil, rasanya dia sangat senang mendengar tawaran dari bosnya itu. Tentu saja dia tidak mau kehilangan kesempatan itu sama sekali. Sherica mengerutkan dahi begitu melihat Willa melewati dirinya tanpa berkata apa pun tapi melompat lompat seperti anak kecil yang berhasil di beliin lolipop.
“Wil!!!” panggil sherica.
Willa berhenti dan berbalik untuk melihat sherica.
“Ada apa sayangku?” godanya sambil melangkah mundur tepat di depannya sekarang.
“Apa yang membuatmu senang hari ini? Kenapa kau melompat mirip anak kecil yang kegirangan karna di belikan lolipop?” tanya Sherica seraya melipat tangan di dadanya.
“Aku?? Kau menanyakan aku kenapa aku begitu senang hari ini?” suara Willa terdengar semakin keras. “Tentu saja aku harus senang Sher. Dua minggu lagi aku akan terbang ke Bali!! Siapa yang tidak senang mendengar itu Sher?”
Matanya Sherica terbelalak, “Apa? Aku tidak salah dengar?”
Willa mengangguk, “Aku awalnya juga tidak percaya, tapi aku benar benar di ajak pergi.”
“Tidak adil.. Kenapa bos tidak mengajakku?” protesnya sambil merengek.
Willa tertawa, “Aku tidak tau, kau harus menanyakan itu sendiri padanya,” katanya sambil melangkah pergi. Di saat seperti ini dia ingin sahabatnya ikut merasakan kebahagian yang dia rasakan sekarang. Dia akan menelpon temannya sekarang dan meminta ketemuan saat makan siang setengah jam ke depannya.
❁ ❁ ❁
“Apaa??? BALI????” teriak ketiga sahabat Willa ketika duduk di sebuah cafe tempat mereka semua ketemuan untuk makan siang seperti yang di rencanakan Willa.
“Sstt. Suara kalian begitu heboh.”
“Wil.. Kau yakin tidak salah dengar?” tanya Melfa sambil menarik kursinya agak mendekat.
“Aku tidak salah dengar, bahkan tadi bossku masih sempat mengatakan ‘Iya, Bali Denpasar’. Aku bahagia banget dan tidak sabar untuk itu.”
“Berarti kau akan naik pesawat untuk pertama kalinya donk!”
“Wahhh, berarti apa yang kau harapkan terjadi bukan?”
“Aku turut senang untukmu Wil. Harapanmu terkabul Wil. Tuhan mengabulkan permintaanmu. Mengunjungi Bali dengan Naik pesawat pertama kalinya.”
Willa terpaku, dia baru ingat harapan yang sangat di harapkannya dulu. Kenapa sekarang baru kesampean.
“Tapi tidak istimewa..” katanya putus putus.
“Kenapa kau tiba tiba sedih Wil?”
“Aku pergi bukan bersama kalian tetapi dengan rekan kerjaku. Ini bukan harapanku yang dulu. Harapanku dulu adalah pergi bersama kalian, yuhuuuu!”
“Kami tau, tapi bukankah itu tidak penting? Yang penting sekarang kau akan pergi ke sana dalam waktu dekat.”
“Tak bisakah kalian ikut bersamaku?”
“Wil.. Kami juga punya kerjaan yang sedang menunggu kami.”
“Iya, kau juga punya kerjaan. Jangan menganggap ini berwisata. Percayalah kita akan pergi bersama sama next time, so don’t sad yuhuu..”
Willa mengangguk.
“Aku akan menunggu hari itu tiba.”
“Sekarang jangan mikirin kami lagi, tapi mikirin oleh-oleh apa yang akan kamu bawakan untuk kami semua.”
“Oleh-oleh itu gampang.”
Selesai makan mereka kembali berpisah dan balik ke kantor masing masing. Pulang kerja Nikita sudah di tunggu oleh seseorang. Shendy membuka pintu mobil samping untuk mempersilahkan tuan putrinya yang baru keluar dari pintu perusahaannya untuk masuk ke dalam mobil.
“Sekarang, besok, lusa, seminggu, sebulan, setahun dan kedepannya lagi aku yang akan mengantarmu datang dan pulang,” kata Shendy saat sudah di dalam mobil, dia sedang mengenakan sabuk pengamannya.
“Tidak usah, itu pasti sangat merepotkan bagimu,” ujar Nikita sungkan sungkan.
“Tidak usah merasa merepotin, kamu tidak merepotin kok. Aku malah senang melakukan hal beginian.”
“Willa.. Dua minggu ke depan akan berangkat ke Bali,” katanya memberitahu.
“Bali? Bersama siapa? Kalian??”
“Bukan, bersama bossnya dan rekan kerjanya. Aku pingin ikut juga sebenarnya.”
“Ya udah ayo kita pergi,” ajak Shendy tiba-tiba membuat mata Nikita yang menatapnya membesar.
“Tidak mungkin bagaimana dengan kerjaanku?”
“Kau bisa cuti seminggu.”
“Aku akan mengajak Melfa dan Widinie,” kata Nikita sambil menekan handphonenya untuk menelpon kedua temannya itu.
“Kalau gitu aku akan mengajak Vidi.”
Nikita mematung sebentar dan memandangi shendy.
“Vidi tidak mungkin akan ikut.”
“Mungkin saja.”
“Bagaimana bisa?”
“Aku akan membuat mereka jatuh cinta dalam waktu dekat!”
“Aku gak salah dengar?”
Shendy menggeleng pelan, tangannya memegang punggung tangan Nikita.
“Nanti kau juga akan tau. Tenang saja aku yang akan mengurus semuanya, kalian tinggal duduk manis dan tinggal tunggu tanggal berangkatnya. Tapi jangan memberitahu pada Wil. Jangan sampai Wil tau bahwa kita akan pergi ke sana juga.” Katanya sambil tersenyum sinis. Dia menarik tuas persneling dan mulai menekan gas, mobil melaju perlahan.
Nikita hanya mengernyitkan dahi bingung.
To be continue....
Love Me (season3) -Part3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar