“Vid, Vid, sudah Vid!” perintah Shendy menyudahi tatapan yang akan membuang waktu itu. “Jangan menakuti tamuku Vid.”
“Dia Willa kan Shen!”
Shendy mengangguk pelan, “Iya, dia Willa. Vid, untuk hari ini aku mohon padamu jangan menghancurkan acaraku malam ini Vid!. Kau boleh marah dan memukulku kapan-kapan, tapi untuk hari ini aku mohon jangan,” pinta Shendy lirih.
“Kenapa kamu mengundangnya Shen?”
“Aku dijodohkan orang tuaku dengan Nikita dan hari ini kami baru mulai melakukan kencan kilat, karena itulah kami akan merayakannya bersama kalian, jadi ini alasanku mengundangmu juga dia!”
“Sudahlah Vid, untuk hari ini Vid. Izinkan dia bersama kami merayakannya!” ujar Martin.
“Iya Vid, kau tidak lihat dia sampai memakai kerudung dan kain ini hanya untuk menutupi wajahnya demimu,” kata Endrik yang sudah mulai mengerti dengan maksud pakaian yang dikenakan Willa.
Willa tampak tertunduk, dia diapit oleh Melfa di sebelah kiri dan Widinie di sebalah kanannya, mereka berdua memegang tangannya berusaha menenangkannya.
Vidi menghela napas dalam-dalam. “Baiklah! Demi kawanku,” katanya sambil duduk di sofa.
Suara jeritan muncul dari mulut Endrik dan Martin bagaikan seperti petasan saja.
“Ayo kita mulai acaranya! Hari ini kita akan mabuk mabukan lagi,” teriak Martin. Kini mereka semua telah duduk di sofa.
“Eh jangan!! Kalau mabuk pasti bakal seperti semalam lagi, dan kalau malam ini gak pulang seperti semalam aku bakal di golok sama mamaku!!” protes Melfa.
“Alasan itu! Bilang aja kalau kamu itu gak tahan minum, gak bisa minum banyak!” komen Martin.
“Iihh beneron loh. Kau belum mengenal mamaku! Kalau kau sudah kenal kau pasti akan takut sama dia,” sunggut Melfa.
“Udah, udah kok pada adu mulut sih?” cetus Nikita.
“Oh yah Vid, bagaimana urusanmu dengan pria yang bernama Justin itu?” tanya Shendy, dia menatap Vidi.
Vidi terpaku bentar lalu melihat Willa yang hanya sedari tadi diam tanpa bicara. Tangannya memegang segelas anggur putih
“Yah begitu saja! Emang apa yang bisa aku lakukan?” dia meneguk anggurnya seraya melihatin Willa lagi.
“Kamu masih Vidi yang dulu. Yang masih bisa mengasihani orang,” ujar Endrik.
“Oh yah?” dia memainkan gelasnya yang terdapat es batu di dalamnya, mengoyangkannya sehingga menimbulkan suara.
“Kenapa tidak lepas tangan saja, kalau memang tidak sanggup,” saran Martin
“Semua perlu belajar bro!” kata Vidi. “Bagaimana denganmu Shen? Gimana hubungan kalian berdua?”
“Hari ini kami baru berhasil melakukan kencan kilat,” jawab Shendy
“Kalau gitu selamat deh untuk kalian berdua!” ucap Vidi.
“Makasih! Kau juga harus mencari pasangan hidup,” tegur Shendy.
Vidi terdiam sebentar lalu mengangguk.
“Aku ganteng dan kaya. Banyak cewek yang mau sama aku, jadi tenang saja!” ucapnya gampang.
Lalu suasana menjadi sunyi, gadis-gadis itu kebanyakan diam. Mungkin masih belum bisa beradaptasi alias belum terbiasa dengan kebersamaan mereka.
“Sudah jam berapa?” tanya Vidi memecahkan kesunyian mereka.
Endrik melirik arlojinya, “Baru hampir jam 9, kenapa? Kamu sudah mau pergi?”
“Ayo kita pergi ke suatu tempat,” ajak Vidi seraya berdiri.
“Kemana Vid?” tanya Shendy, dia mendongak dan menatap Vidi.
“Kita ke tempat karoke! Aku akan mentreat kalian semua. Anggap saja ini hadiah dariku untuk sahabatku.”
“Kau serius?” tanya Shendy dengan mata berbinar binar, dia tidak percaya.
“Tentu saja! Tapi sebagai imbalannya kalian harus bernyanyi dengan berjerit-jerit sambil goyang pantat.”
“Gampang itu Vid. Ayo, aku sudah tidak sabar lagi,” Martin berdiri di ikuti Endrik.
“Ayo kita berpesta!!!” jerit Endrik keras.
Akhirnya semua berdiri.
“Aku.. Lebih baik, aku pulang saja yah,” kata Willa tiba tiba, membuat semua mata tertuju padanya terutama Vidi.
“Kenapa kamu cepat pulang Wil?” tanya Nikita sedih. “Kau tidak bahagia malam ini?”
Willa cepat cepat menggeleng takut membuat Nikita sedih lagi.
“Tidak… Hanya saja…”
“Kalau dia tidak mau ikut, biarkan dia pulang saja. Itu hanya akan membuang waktu jika kalian masih memaksanya.”
Entah kenapa raut wajah Willa berubah dalam sekejap begitu mendengar kata-kata yang diucapkan Vidi, dia terlihat seperti kehilangan kesabaran lagi. Kedua tangannya sudah terkepal menjadi tinju.
“Baiklah aku akan ikut kalian…” jawabnya, akhirnya dia masih bisa mengendalikan dirinya. Dia harus sabar menghadapi cowok jutek di depannya ini. Kini matanya melototin Vidi yang hanya dibalas dengan tatapan tajam dan sinis.
“Bagus,, Ayo..” Nikita merangkul bahu Willa sambil menuntunnya berjalan.
Vidi dan yang lainnya mengikuti mereka berjalan dari belakang. Diam-diam dia menatapi punggung Willa dari belakang. Kerudung dan kainnya sudah tidak di kenakan lagi, dia menyimpannya di dalam tas.
“Kenapa kamu dari tadi tidak bicara? Kamu pendiam banget sih?” tanya Endrik kepada Widinie. Dia dari tadi asik mencuri kesempatan untuk berduaan dengan Widinie.
“Aku males ngomong,” jawabnya singkat dan jelas. Dia mempercepat langkahnya.
“Kenapa?” tanya Endrik sambil berlari kecil untuk mengejar langkah Widinie.
Sedangkan temannya semua hanya melihatin tingkah aneh mereka berdua.
“Dia suka sama Widinie,” ujar Martin memberitahu kepada Vidi.
“Aku sudah tau, kau tidak perlu memberitahuku.”
Saat sudah keluar dari pub, semua pun berpencar menuju ke mobil masing masing. Tiba-tiba Willa merasa perutnya mual dan pingin muntah. Dia berjongkok di depan mobilnya dan tangan kanannya menutup mulutnya.
“Kamu kenapa Wil? Kau tidak apa-apa kan Wil?” tanya Widinie gelisah, dia juga ikut berjongkok. Tangannya memegang bahu kanan Willa.
Tangan kiri Willa terangkat, tapi Widinie tidak mengerti. Willa entah mengisyaratkan bahwa dia tidak apa-apa atau menyuruhnya menunggu sampai dia merasa lebih baik.
“Aku akan memanggil yang lainnya,” ujarnya sambil berdiri dan berlari mengejar mereka yang sedang berjalan ke arah mobil masing masing.
Willa berdiri dan berlari kecil menuju ke pinggiran batu yang di tumbuhi rumput-rumput hijau. Muntahan Willa keluar dari mulutnya di campur dengan setetes darah yang ikut keluar. Dia kemudian mengaduk tasnya dan mengeluarkan selembar tisu untuk membersihin mulutnya yang ada sedikit darah yang lengket di mulutnya. Akhirnya dia kembali seperti tadi, dia merasa lebih baik setelah muntah. Tapi perasaanya menjadi tidak enak, apa yang akan terjadi lagi padanya?.
Widinie kembali bersama Nikita, Melfa dan yang lainnya ke tempat tadi, tapi Willa tidak ada di sana. Baru hendak mau berpencar untuk mencarinya, Willa tiba tiba keluar.
“Willa..” panggil Melfa dan Nikita khawatir. “Kau tidak apa apa?”
Willa menggeleng, “Tidak apa apa, don’t worry baby”
“Kalau kamu sakit, lebih baik kamu pulang Wil” kata Shendy perhatian.
“Sungguh, aku tidak kenapa napa.”
“Kau yakin?” tanya Shendy sambil berkacak pinggang.
“Yakin, mungkin tadi aku kebanyakan minum kali yah..” jawabnya sambil menempelkan senyum palsunya. “Ayo Wid kita masuk ke dalam mobil.”
“Kau yakin dengan situasi begini, kamu masih berani untuk menyetir?” tanya Endrik.
Willa terdiam memikirkan ucapan Endrik, dia sendiri pun tidak yakin kalau dia bisa menyetir dengan benar.
“Kalau gitu kamu bisa menolongku?” pinta Willa kepada Endrik.
“Kamu menyuruhku menyetir?” tebak Endrik.
Willa mengangguk, “Tolong..”
Endrik mengedikkan bahu, “Oh, baiklah,” Dia buru buru masuk ke dalam mobil.
“Melfa kamu ikut kami atau siapa?” tanya Willa sebelum masuk ke dalam mobilnya.
“Sebenarnya aku pingin ikut dengan kalian, tapi tadi Martin menyuruhku menemani nya karna Endrik ikut bersama kalian, jadi dia tidak ada teman.”
“Baiklah kalau gitu kami duluan. Sampai ketemu di tempat tersebut.”
Willa dan Widinie pun masuk ke dalam mobil.
“Wil.. aku boleh minta imbalan, karna telah menolongmu?” kata Endrik saat mereka sudah duduk di dalam mobil.
“Apa Drik?”
“Bolehkah Widinie duduk di sebelahku? Aku kesepian tidak ada teman yang duduk di sampingku,” katanya sambil melirik Widinie.
Willa tersenyum manis, “Baiklah. Widinie kau harus duduk di depan.”
“Tapi Wil,,” Widinie menolak, matanya melototin Willa.
“Aku mohon untuk hari ini,” dia menengadahkan kedua tangannya kepada Widinie dengan sorot mata kasihan yang pastinya tidak bisa di tolak.
Widinie menghela napas dalam-dalam dan menjambak rambutnya.
“Oh baiklahhhh. Ini karna kau sakit saja, makanya aku akan menurutinya. Kau tidak perlu memperlihatkan wajah yang begitu kasihan. Aku tidak suka melihatnya,” cerotehnya sambil membuka pintu mobil dan keluar.
Endrik tersenyum puas ketika Widinie sudah duduk di sebelahnya
“Kau lihat apa? Kau tidak mau jalan?” protes Widinie ketika dia melihat Endrik tidak melakukan reaksi apa pun selain tersenyum lebar.
Dia tersentak dan sadar lalu menuruti kata-kata Widinie. Diam-diam Willa tersenyum melihatin mereka berdua dari belakang.
TO BE CONTINUE....
#gimanna para pembaca seru kagak ,psti seru dong kalau bacanya dri season 1 -season 2 nantikan Novel love Me Season 3 jam 22.00
Hanya di Www.gajahmada2medan.blogspot.com
Thank you..
Sumber : https://wilianachen.wordpress.com/about-me/
Www.gajahmada2medan.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar