Pelayan wanita muda itu mengantar mereka menuju ke ruangan yang sudah dibooking khusus untuk 8 orang. Tadinya mereka mau memesan dua jam tapi mengingat sebanyak orang yang pergi, dua jam tentu lah tidak cukup. Akhirnya mereka memesan tiga jam di tambah dengan makan minum gratis karna mendapat diskon.
Dan sekarang mereka pun sudah tiba di ruangannya, sangat besar dan luas. Di lengkapi sofa yang panjang, mic nya ada 4, tv 10 inci, lampu disko yang bervariasi.
“Jadi ruangan medium sebesar dan seluas ini? Wahh bagus banget,” kata Melfa, matanya sudah berbinar binar.
“Kau kampungan banget,” ejek Martin.
“Diam lo,” cetus Melfa.
“Jangan bilang kalau kamu gak pernah datang ke sini?”
“Pernah donk, tapi kita tidak pernah memesan ruangan medium. Habis kita 4 orang saja.”
Shendy dan Nikita sudah akrab banget seperti beneran menjadi pasangan, mereka bahkan sedang memilih lagu untuk duet bersama. Ntah bagaimana caranya mereka bisa menjadi sedekat itu, Willa bahkan bingung melihatnya. Tidak seperti Martin dan Melfa. Mereka seperti tom and jerry jika bertemu, selalu saja berantam dan adu mulut. Sedangkan Endrik dan Widinie mereka terlihat sama-sama malu. Dan Willa sendiri? Dia menatapi Vidi yang sedang duduk santai dengan kedua tangannya yang selalu terbenam di dalam sakunya. Willa merasa kesepian jika bersama mereka, tidak ada teman untuk di ajak bicara. Semua sudah punya pasangan.
“Kita berdua akan menyanyikan lagu ‘from this moment’ untuk menghibur kalian.” Kata shendy.
“Kau bisa nyanyi lagu itu?” tanya Martin agak ragu, karna sebelumnya dia tidak pernah mendengar Shendy menyanyikan lagu itu.
“Tenang lah, aku bisa dikit-dikit,” katanya tenang.
Instrumental lagu from this moment pun mengalun di ikut suara Shendy dan Nikita. Terdengar begitu harmonis.
Suara tepuk tangan terdengar begitu keras saat mereka berdua telah selesai bernyanyi.
“Aku akan memutarkan lagu One Direction untuk Vidi” kata Martin, karna dia yang mengetik nama lagu dan juga yang memutarkan lagu.
“Ehh, aku sudah lupa lagu itu..” ujar Vidi.
“Tenang, Willa tau dan hapal banget lagu itu,” kata Melfa.
“Baiklah kita akan menyambut Willa untuk duet bersama Tuan Vidison. Di persilahkan Miss Willa.”
Willa menggeleng, “Aku sedang tidak enak badan.”
“Kamu sudah tidak apa-apa Wil. Ayo..” Widinie menarik tangan Willa untuk berdiri.
Willa melihat Vidi, dia sudah berdiri di tempatnya dengan mic di tangannya. Sepertinya dia biasa-biasa saja. Berarti dia menerima duet bersamaku? Tanya Willa dalam hatinya.
“Suaraku jelek”
“Tidak apa-apa.”
Willa kemudian berdiri dan menerima mic yang di berikan Melfa padanya. Suara tepuk tangan terdengar keras dari mereka semua. Martin pun memutarkan lagu itu.
Suara Vidi yang pertama kali keluar. Ntah kenapa mendengar suaranya itu membuat jantung Willa mendadak berdebar dengan intensitas tinggi. Tanpa sadar, dia menahan napas dan menyadari betapa dia merindukan suara lelaki ini. Suaranya sedikit serak tapi begitu nyaman di telinga. Yah Tuhan aku mimpi apa semalam? Kenapa selama 9 tahun aku menyukainya tapi tidak sekali pun kesempatan ini terjadi?. Tapi mengapa di saat aku telah melupakan dia, engkau membuatnya muncul lagi dihadapanku sekarang dan duet bersamaku?. Kenapa jantung ini berdebar keras kian enggan mau berhenti Tuhan? Apa yang terjadi?. bisiknya dalam hati.
Di belakang mereka berdua, Widinie bersama Nikita dan Melfa mencuri kesempatan untuk merekam mereka. Ini adalah kesempatan yang tidak pernah terjadi, duet bersama.
Saat bagian reff Willa sudah mulai bernyanyi. Suaranya tedengar sangat gemetar, kaki tangannya juga ikut bergetar. Dia butuh seseorang untuk menenangkannya. Dia tidak berani menatap Vidi, meski dia tau Vidi juga tidak menatapnya. Mereka berdua hanya menatap layar yang penuh tulisan itu.
“Aku rasa Vidi mabuk, mana mungkin dia bisa setuju duet dengan Willa,” ujar Melfa.
“Tapi bukan kah ini kesempatan bagus.”
“Memang kesempatan bagus, tapi kasihan pada Wil. Dia begitu tersiksa selama 6 tahun belakangan ini untuk melupakan lelaki itu. Tapi sekarang? Aku rasa pasti ada benih benih cinta yang telah tumbuh kembali.”
“Aku sependapat denganmu..”
☂ ☂ ☂
“Wuahhhhh,,, udah jam 1 malam,” jerit Melfa saat keluar dari tempat karoke itu, dia melirik arlojinya.
“Santai aja kali, kan bukan kau seorang aja yang jam segini pulang,” komen Martin.
“Tapi aku bisa dimarahi oleh mamaku. Kau gak tau ceramahnya itu panjang,” Melfa membalas komennya
“Oh jadi kita pada juga gak bakal kena marah lah yah?”
Melfa memukul punggung Martin dengan tangan kanannya. Suara pukulan itu terdengar sangat keras, aauu pasti sangat sakit sekali.
“Sakittt,” Martin meringis kesakitan sambil mengusap punggungnya itu.
“Biarin, habis kau selalu membuatku marah.”
“Sudah-sudah, kenapa kalian selalu berantam asal ketemu?” tanya Nikita heran.
“Kalian gak takut bakal berjodoh?” Shendy ikut menambah.
Martin dan Melfa saling melihatin selama beberapa detik
“Aku?” Melfa menunjuk dadanya, “Dengannya?” lalu menunjuk Martin. “Iihh,, amit amit. Jangan sampai loh” dia tampak geli.
“Eh, kao kira gua mau jadi suamimu? Tu hal yang gila kalau sampai terjadi. Aku tak bisa membayangkan kalau anakku jelek kayak kamu.”
“Aku tambah ngak bisa membayangkan kalau anakku bakal sejail dan sebandel dirimu…” katanya geram.
Sedangkan temannya tampak menggeleng kepala lagi melihat perdebatan yang tak akan selesai itu. Mereka pun berjalan menuju mobilnya meninggalkan tom and jerry itu di belakang.
Martin baru akan membalas argumen Melfa, ketika di lihatnya semua temannya telah menghilang dari tempat mereka berdiri. Akhirnya dia dan Melfa pun berlari untuk mengejar temannya kembali di pakiran.
“Ini semua gara-gara kamu. Karna kamu aku harus berlari sehingga berkeringat di malam hari.” Protes Melfa ketika mereka sudah sampai di pakiran dan bertemu kembali dengan temannya.
“Iya, semua salahku. Salahkan aku aja semuanyaa..” teriak Martin. “Ayo kita pulang bro, aku udah capek banget!”
Melfa mengerutkan dahi, bingung dengan sikap Martin yang tiba-tiba marah. Dia merasa tidak adil, masa hanya cowok itu yang boleh marah, dia tidak boleh?.
“Ayo Wid dan Mel, kita harus duluan. Aku harus mengantar kalian pulang,” ajak Willa seraya memasuki mobilnya.
Dan setelah mengucapkan selamat tinggal mereka pun bubar semua. Shendy harus mengantar Nikita pulang, Endrik harus mengantar Martin pulang dan Vidison? Sepertinya dia mengikuti seseorang.
☂ ☂ ☂
Mobil vidison berhenti di seberang rumah Willa. Ohh ternyata dia mengikuti Willa sampai rumahnya. Suasana saat itu sangat gelap hanya ada lampu jalan, sangat berbahaya bila pulang terlalu malam bagi seorang perempuan. Mungkin itu alasan dia sehingga dia berada di sini.
Di dalam mobilnya dia melihat sosok Willa keluar dari mobil, melangkah ke depan rumahnya untuk membuka pintu lalu balik ke dalam mobil dan memasukkan mobilnya ke dalam rumah. Dalam sekejap pintu pun tertutup, dan dia masih sempat melihat wajah Willa sebelum pintu tertutup. Hanya sekilas. Dia menghembuskan napas berat, dia bahkan bingung sendiri apa yang membuatnya bisa mengikuti cewek itu pulang.
# To Be continue....
LOVE ME (Season 3)-Part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar