Willa sedang berdiri di pinggir jalan tak jauh dari kantornya. Dia memanggil taksi, tapi tak ada satu pun taksi yang menyamping untuk berhenti. Namun tiba-tiba sebuah sedan putih dari kejauhan perlahan mulai mendekat lalu menepi. Kaca mobil depan terbuka ternyata itu Nikita bersama Shendy
“Nikita? Shendy?” katanya terkejut. “Bagaimana kalian bisa bersama?” tanyanya tak percaya.
“Masuklah, kami akan menceritakan padamu di dalam mobil,” ujar Nikita.
Dan Willa menurut untuk masuk. Mobil pun perlahan-lahan melaju pelan dan tenang.
“Kamu terkejut kan Wil,” seru nikita. “Sama aku juga sebenarnya.”
“Bagaimana kalian bisa ketemu?”
“Tadi kita bertemu di taman kan Wil?” Shendy menatap Willa dari kaca mobil depan, Willa mengangguk. “Dan aku bilang mau ketemuan sama seseorang, seseorang itu Nikita ternyata.”
“Lalu?” Willa mengerutkan dahi masih belum mengerti.
“Orang tua kami menjodohkan kami, dan menyuruh kami bertemu hari ini kemudian melakukan kencan kilat.”
Maka terbelalak lah mata Willa dihadapan kedua orang ini, persis seperti adegan di sinetron dengan kedua mata terbuka lebar, alis naik dan mulut celangap lebar. Jelas bukan ekspresi yang bisa di bilang cantik, meskipun di depannya ada pria tapi dia tidak peduli karena dia benar-benar terkejut dengan ucapan Nikita tadi.
“Wil.. tidak usah segitu juga donk.”
Beberapa detik kemudian dia tersadar dan menepuk tangan keras keras, “Wahhh…daebak!!. Jadi sekarang kalian sudah setuju donk mengikuti perjodohan ini?”
“Awalnya aku kurang setuju, tapi orang tuaku mengancamku. Katanya kalau aku tidak mau pergi menemui dia hari ini mobilku akan disita mereka. Sungguh menyebalkan.”
“Lalu kau sendiri Shen?”
“Sama aku juga diancam begitu. Mungkin mereka sudah bersekongkol.”
“Lalu kau tau orang yang akan dijodohkan itu Shendy?”
“Tidak, orang tuaku hanya menyebutkan namanya dan tidak memperlihatkan fotonya. Makanya aku sungguh terkejut saat bertemu dia di taman. Tapi untunglah kami sudah saling mengenal.”
“Jadi sekarang? Kalian akan melanjuti?”
Mereka berdua mengangguk.
“Hahaha, congratz donk kalau gitu,” Willa mengulurkan kedua tangannya pada mereka, yang di sambut uluran tangan dari pasangan itu.
“Makasih yah Wil..”
“Kalau gitu aku akan..” Dia membuka tasnya dan mengaduk aduk isinya mencari handphone. “Menelpon orang Widinie dan Melfa untuk menyuruh mereka berdua pergi ke tempat biasa.”
“Eeh Wil,,” elak Nikita
Kata-katanya di abaikan oleh Willa karna dia sudah tenggelam dalam pembicaraan dengan Melfa melalui telepon.
“Dua jam lagi kita akan bertemu. Dia menyuruh aku menjemputnya. Shendy nanti antar aku pulang dulu yah. Haha.”
“Baiklah.”
“Oh iya yah, kamu gak ajak temanmu juga Shen?” tanya Nikita. Pertanyaannya itu membuat Willa tertegun.
“Nanti aku akan menelpon mereka.”
“Apakah Vidison juga ikut?” sembur Willa.
“Tentu saja,” jawab Shendy
Nikita tersenyum lebar, “Kamu mengharapkan dia ikut Wil. Tenang dia pasti datang, jadi malam ini berdandanlah yang secantik-cantiknya.”
Willa menggeleng, ”Tidak. Jangan menyuruhnya datang, aku mohon.”
“Kenapa?” tanya mereka berbarengan.
“Tadi Kami tidak sengaja bertemu di cafe saat makan siang, dia menarikku keluar dari cafe dengan kasar. Dan melontarkan ucapan yang membuatku sedih ‘aku harap ini yang terakhir kali kita bertemu. Jadi aku mohon anda jangan muncul di hadapanku lagi’ aku harus bagaimana?”
“Dia memarahimu begitu?” Tanya Nikita tidak percaya.
“Tidak apa-apa Wil. Tenang aja, anggap saja aku yang mengundang kamu karna teman Nikita.”
“Iya Wil tenang aja, dia gak bakal marahi kamu lagi.”
“Kalian yakin?”
Mereka berdua mengangguk. Dan anggukannya itu adalah jawabannya.
“Baiklah..” Dia terdiam bentar. “Eh kalian dari mana tadi? Kenapa lewat kantorku?”
“Mau mengantar Nikita pulang.”
“Oh iya, aku lupa jalan itu bisa menembus ke rumahmu juga.”
10 menit kemudian, mobil Shendy berhenti di depan pintu rumah Willa. Gadis itu langsung membuka pintu mobilnya dan keluar tak lupa dia berterima kasih pada pasangan baru itu.
“Ingat dua jam lagi Wil. Jangan lupa!!” Nikita mengingatkan.
“Baiklah. Sampai jumpa, hati hati.” ujarnya sambil menutup pintu rumahnya. Dia harus bersiap siap untuk acara nanti.
✣ ✤ ✥
“Kau sudah tau jalan pulang Willa?”
Suara Willim mengejutkan Willa yang sedang mengunci pintu. Dia kemudian berbalik dan menemukan abang pertamanya sedang berdiri di ambang pintu. Dengan tatapan galaknya yang membuat Willa takut.
“Hai, brother,” sapanya dengan mengatupkan giginya menjadikan senyum palsu.
“Semalam kemana?. Ku kira kau tak tahu jalan pulang, makanya tersesat. Di telpon malah tidak aktif, punya hp tapi tak di pakai!”
“Baiklah.. Aku minta maaf,” dengusnya seraya melepaskan sepatunya. “Aku nginap di rumah teman. Dia lagi galau jadi aku harus menemaninya.”
“Lain kali kalau tidak pulang telpon ke rumah. Tau tu!!”
“Tau..”
Dia tidak punya banyak waktu untuk mendengar dan meladeni argumen abangnya lagi. Sebab dia sudah mempunyai janji malam ini. Yang dia perlu sekarang adalah pergi mandi dan berdandan.
Di bukanya lemari bajunya, warna warni bajunya terlihat sangat berkilau. Di ambilnya baju cropther berwarna biru polos dengan celana warna hitam pendek tapi tidak ketat. Di tariknya kerudung warna putih yang di gantungkan di dalam lemarinya.
15 menit kemudian dia keluar dari kamar mandi, rambutnya basah dan wajahnya terlihat segar. Dia lalu berjalan ke meja rias dan duduk, diambilnya hairdryernya untuk mengeringkan rambutnya itu. 10 menit kemudian rambutnya sudah kering. Lalu dia mulai mengambil eyeliner, eyesedow danlipstik juga mascara.
hanya butuh waktu setengah jam saja dia berdandan. Segera di raihnya tasnya dan keluar dari kamar menuju ke ruang makan untuk makan malam sebelum pergi. Dia harus menjemput kedua sahabatnya itu.
“Kamu mau kemana lagi?” tanya Willim lagi saat di lihat adik perempuannya sudah tampil cantik.
“Emm.. Akuu ada rapat hari ini,” Willa berbohong, dia tidak mungkin mengatakan kalau dia mau ke pub. “Baiklah aku sudah selesai makan dan aku duluan yah semuanya..”
Willa melangkah keluar dari ruang makan, dia membuka pintu rumahnya dan mengeluarkan mobil Inova berwarna putihnya. Sekarang dia harus menjemput Melfa terlebih dahulu baru Widinie.
✣ ✤ ✥
“Wid, pinjam kain putihmu dulu lah,” jerit Willa dalam mobil ketika sudah sampai di depan rumahnya. Butuh 20 menit dari perjalanan rumah Melfa ke rumah Widinie.
“Kenapa?”
“Udah ambil aja nanti kita bakal jelasin,” ujar Melfa.
Akhirnya Widinie masuk kembali ke dalam rumah, 5 menit kemudian dia keluar dengan kain putih yang tidak begitu panjang dalam genggaman tangannya. Dia lalu membuka pintu mobil belakang dan masuk.
“Nahh…” Dia memberikannya kepada Willa. “Untuk apa sih?”
“Dia mau memberi kejutan kepada orang Nikita,” tebak Melfa.
“Bukan..” Dia menghela napas pelan. “Aku tidak mau Vidison melihatku.”
“Kenapa gitu?”
“Jangan bilang kalau kau mulai menyukainya lagi,” Widinie menutup telinga enggan untuk mendengar.
“Tidak…” Wajahnya tampak kecewa.
“Ada apa?” Melfa mengenggam tangannya. “Ceritakan lah pada kami.”
“Tadi siang aku makan siang di cafe biasa, ternyata aku ketemu dengan dia di sana. Dia datang-datang langsung menarik tanganku dengan kasar, menyeretku keluar dari cafe itu. Dan melontarkan kata-kata yang sangat tidak bisa ku terima.”
“Apa yang dia katakan?” tanya Widinie dengan penasaran.
“Dia menyuruhku jangan muncul di hadapannya lagi,” desahnya di barengin oleh helaan napasnya.
Mata mereka terbelalak saat mendengar ucapan Willa.
“Kau tidak bercanda? Dia bisa ngomong begitu sama kamu?”
“Dia kira dia siapa? Dia gak sadar orang yang seharusnya bilang begitu itu kamu Willa bukan Vidison Laurence.”
Seulas senyum mulai merayapi bibir Willa “Oleh sebab itu malam ini aku harus mengenakan ini semua, meski tidak cocok dengan penampilanku.”
“Kasihan kamu Wil..” Melfa mengelus elus rambut Willa.
Willa tersenyum lemah seraya memandangi arlojinya. Astaga sudah pukul 8 malam, dan mereka sudah terlambat.
Mobil Willa melaju dengan kecepatan tinggi. Dan akhirnya mereka sudah sampai di tempat yang di tuju. Bergegas mereka membuka pintu mobilnya dan keluar berlari menuju pintu pub itu kemudian mendorongnya.
“Maaf kami terlambat,” kata mereka bertiga dengan suara terengah-rengah karna kecapekan berlari dari pakiran sampai ke sini.
“Shen!! Kau mengundang siapa lagi ini?” tanya Martin bingung.
“Wil.. kau kah itu?” seru Nikita sambil berdiri menghampiri Willa.
Willa sendiri? Dia tampak baru sadar kalau dia sedang mengenakan kerudung dan kain yang menutup setengah wajahnya.
“Oh maap aku lupa,” Dia tertawa sambil melepaskan kain dan kerudungnya. “Ini aku..”
Tiga cowok itu tertawa keras, eh kenapa hanya ada tiga cowok saja? Shendy, Martin dan Endrik. Kemana sih Vidi? Mata Willa sedari tadi asik celingak celinguk mencari batang hidung Vidi, tapi nyatanya dia tidak ada di dalam sana.
“Astaga Wil, kenapa kamu memakai kerudung sama kain segala sih? Kau tau kau terlihat Sangat misterius,” protes Endrik masih di tengah tawanya.
“Aku tau.”
“Kau tau, tapi kenapa kau masih memakainya?” tanya Martin.
“Ini karena…”
“Maap aku terlambat karna ada urusan sebentar.”
Suara cowok ini memotong kalimat Willa. Semua orang menatap cowok itu dan menghiraukan Willa. Dia masih berdiri mematung bagaikan orang bodoh karna masih tertegun ketika mendengar suara tersebut. Tanpa menoleh dia pun sudah tau siapa pemilik suara tersebut. Vidison.
“Akhirnya bos kita sampai juga.”
“Iya maaf aku terlambat.”
“Tidak apa-apa, aku tau kau orang yang super sibuk. Aku memakluminya,” ucap Shendy.
“Kau mengundang siapa aja?. Kenapa gadis-gadis ini di sini?” tanyanya sembari melihat sekelilingnya yang di penuhi oleh Nikita, Widinie, Melfa juga Willa.
“Aku tidak sempat menceritakannya padamu lewat telpon tadi. Duduk lah, aku akan menjelasinnya,” pinta Shendy sambil menunjuk tempat duduk untuk Vidi.
Vidi terpaku di tempatnya dia menatap punggung seorang gadis misterius di depannya dengan tatapan mencurigakan.
“Shendy..” panggilnya. “Siapa gadis di depanku ini?”
Willa refleks langsung menutupi kepalanya dengan kerudung dan kain di wajahnya dengan cepat. Dan sebelum Vidi melangkah ke tempatnya dia sudah berbalik dengan uluran tangannya kepada Vidi.
“Liana..” katanya dengan suara sedikit gemetar.
Kerudung hitam yang melingkari kepalanya, kain putih yang menutup bagian hidung sampai mulutnya, baju chropther berwarna biru yang di kenakan hingga ternampak bagian pusar perutnya yang mungil itu, celana pendek warna hitam dan sepatu bots berwarna biru sama dengan warna bajunya. Vidi menatap semuanya dari bagian atas hingga bawah. Menatap tangannya dan kain putih yang menutup wajahnya. Yah, dia menatap secara bergantian. Kedua tangannya tenggelam di dalam saku celananya. Tidak sekalipun dia mengisyaratkan kalau tangannya akan keluar dari sakunya dan menerima uluran tangan Willa itu.
Willa menarik tangannya kembali dan meletakan tanganya ke samping tepat di batas jahitan celana pendeknya. Dia kemudian menunduk karna tidak berani melihat Vidi.
“Lihat aku..” perintah Vidi.
Mau tak mau Willa kembali memandangnya, mata Vidi masih menatap Willa dengan sorot yang entah mengapa membuatnya gugup tanpa sebab.
“Ke.. kenapa??”
“Kau…” dia mulai berubah lagi, Willa bisa melihat sorot matanya kali ini, kemarahan menghadiri tatapan matanya.
To be continue....
Love Me (season 2)-Part3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar