Mengakhiri zaman batu di masa
neolitikum mulailah zaman logam. Sebagai bentuk masa perundagian (zaman logam).
Zaman logam di Kepulauan Indonesia ini agak berbeda bila dibandingkan dengan
yang ada di Eropa. Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase yaitu zaman
tembaga, perunggu, dan besi. Di Kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman
perunggu dan besi. Manusia-manusia jaman batu di Indonesia mengenal logam ini
dari kebudayaan Dongson Vietnam.
Manusia purba membuat peralatan dari
logam seperti perunggu dan besi. Mereka telah mengelola bahan tersebut menjadi
beraneka macam bentuk. Hal ini membuktikan bahwa manusia purba telah mengenal
peleburan logam. Kebudayaan zaman logam ini sering juga disebut zaman
perundagian.
Teknik pembuatan alat-alat perunggu
atau besi pada zaman logam terdiri dari 2 cara yaitu:
- Teknik a cire perdue
Caranya adalah membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah, dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah akan mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah sehingga keluarlah benda yang dikehendaki. - Teknik bivalve
Caranya yaitu menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu.
Adapun hasil kebudayaan pada zaman
logam ini antara lain:
- Nekara
Di
Indonesia nekara hanya dipergunakan pada waktu upacara-upacara saja, antara
lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang
perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan. Daerah penemuan nekara di
Indonesia antara lain, Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumbawa,
Pulau Sangean, Pulau Roti, Pulau Kei, dan Pulau Selayar.
Di Pulau Alor ditemukan nekara yang berukuran kecil yang disebut moko, berfungsi sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin. Diantara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat masa itu.
Di Pulau Alor ditemukan nekara yang berukuran kecil yang disebut moko, berfungsi sebagai benda pusaka, juga dipergunakan sebagai mas kawin. Diantara nekara-nekara yang ditemukan di Indonesia, biasanya beraneka ragam sehingga melalui hiasan-hiasan tersebut dapat diketahui gambaran kehidupan dan kebudayaan yang ada pada masyarakat masa itu.
- Kapak Corong
Kapak
corong disebut juga kapak sepatu, karena seolah-olah kapak disamakan dengan
sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki.
Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa yang bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
Untuk mengetahui bentuk candrosa, silahkan Anda amati gambar berikut ini.
Pada dasarnya bentuk kapak corong sangat beragam jenisnya, salah satunya ada yang panjang satu sisinya yang disebut dengan candrosa yang bentuknya sangat indah dan dilengkapi dengan hiasan.
Untuk mengetahui bentuk candrosa, silahkan Anda amati gambar berikut ini.
Kalau
dilihat dari bentuknya, tentu candrosa tidak berfungsi sebagai alat
pertanian/pertukangan, tetapi fungsinya diduga sebagai tanda kebesaran kepala
suku dan alat upacara keagamaan. Hal ini karena bentuknya yang indah dan penuh
dengan hiasan. Daerah penyebaran kapak corong di Indonesia adalah Sumatera
Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan, pulau Selayar serta
Irian dekat Danau Sentani.
- Arca Perunggu
Arca
perunggu atau patung yang berkembang pada zoman logam memiliki bentuk
beranekaragam, ada yang berbentuk manusia, ada juga yang berbentuk binatang.
Pada umumnya arca perunggu bentuknya kecil-kecil dan dilengkapi cincin pada
bagian atasnya. Adapun fungsi dari cincin tersebut sebagai alat untuk menggantungkan
arca itu sehingga tidak mustahil arca perunggu yang kecil dipergunakan sebagai
liontin atau bandul kalung.
- Bejana Perunggu
Bejana
perunggu, bentuknya mirip gitar spanyol tetapi tanpa tangkai. Hanya ditemukan
di Madura dan Sumatera.
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan penemuan bejana yang terbatas maka mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupan masyarakat prasejarah.
Bejana perunggu di Indonesia ditemukan di tepi Danau Kerinci (Sumatera) dan Madura, bentuknya seperti periuk tetapi langsing dan gepeng. Kedua bejana yang ditemukan mempunyai hiasan yang serupa dan sangat indah berupa gambar-gambar geometri dan pilin-pilin yang mirip huruf J.
Sampai sekarang fungsi bejana perunggu tidak diketahui secara pasti, kemungkinan disebabkan penemuan bejana yang terbatas maka mempersulit penyelidikan tentang fungsi bejana dalam kehidupan masyarakat prasejarah.
- Perhiasan Perunggu
Perhiasan
perunggu pada jaman logam jenisnya beraneka ragam diantaranya adalah kalung,
gelang tangan, dan gelang kaki, cincin, serta bandul kalung.
- Manik-Manik
Manik-manik
pada jaman logam sangat banyak penggunaannya, salah satunya adalah untuk bekal
kubur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar